Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks di sebuah wilayah yang memiliki habitat, tumbuhan dan binatang. kondisi tersebut kemudian di pertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh sehingga semuanya dapat menjadi bagian mata rantai siklus materi maupun aliran energi.
Ekosistem bakau sebagian besar terbentuk dari pohon bakau di sepanjang garis pantai, baik di daratan maupun di perairan dangkal. Endapan dasar biasanya berlumpur dan terbentuk dari alga dan dedaunan serta akar yang membusuk, yang berasal dari pohon bakau sendiri dan disebut “detritus”. Campuran detritus ini adalah dasar dari jaring makanan yang rumit yang meluas ke padang lamun dan terumbu karang. Pohon bakau adalah jenis pohon yang dapat tahan hidup di tanah atau perairan asin. Bakau merupakan pembendung fisik alami untuk menghalangi erosi tanah dan juga dapat menyaring polusi kimiawi dan organik dari air, sehingga menjaga perairan di terumbu karang dan padang lamun tetap bersih. Bakau bertindak dan berfungsi sebagai tempat perawatan dan mencari makan bagi ikan dan udang muda dan menyediakan habitat untuk udang-udangan, moluska, buaya muara, dan ular. Burung laut dan kelelawar menggunakan bakau sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak dan kadang kera ekor panjang mencari makan dan berlindung di pepohonan bakau. Manusia juga memperoleh keuntungan dari bakau dengan memiliki air laut yang jernih, sumber makanan laut, bahan bangunan, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Bakau tumbuh di bagian lebih hangat di dunia dimana suhu udara setidaknya 20 derajat Celcius dan suhu air setidaknya 24 derajat Celcius. Mereka juga harus berada di daerah yang cukup terlindung dimana benih dapat berakar dan berkecambah tanpa terbawa gelombang. Mereka memilih daerah berlumpur di perairan dangkal dan akan lebih tersebar di daerah dengan kisaran pasang surut yang tinggi. Pohon bakau pada umumnya mengambil oksigen dengan menggunakan akarnya di dalam tanah, tetapi tanah tempat tumbuh bakau mengandung oksigen yang sangat rendah. Karena itu, bagian dari akar bakau berada di atas air sehingga mereka dapat mengambil oksigen dari udara. Juga, pohon bakau dapat menarik air asin dengan menggunakan akarnya dan menyaring garamnya. Garam dibuang melalui daun atau disimpan di daun sampai daun itu mati dan gugur dari pohon. Kita dapat menjumpai ekosistem bakau di Taman Nasional Komodo di sisi timur laut Komodo, dan sisi utara serta timur laut Rinca. Terdapat juga bakau di selatan Rinca dan barat laut Padar.
Rangkaian hewan laut yang menakjubkan teradaptasi untuk hidup di ekosistem bakau. Ikan sumpit (archerfish) dapat menembak jatuh serangga di atas permukaan air dari jarak 2 meter dengan menggunakan butiran air yang ditembakkan dari mulutnya. Ikan belodok melompat ke atas air dan memakan alga pada akar bakau. Pada saat pasang turun dimana hamparan lumpur kering, teritip dan kerang yang menempel pada akar bakau akan terlihat, sebagaimana pula kepiting fiddler dan kepiting hantu yang memakan alga dan detritus. Siput dan kima sebagaimana juga spesies ikan lainnya, udang-udangan dan moluska juga hidup di habitat ini.
Hutan hujan adalah hutan tropis kering yang terletak di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Tipe hutan ini dipengaruhi oleh musim basah dan kering, dan sangat mudah rusak serta sangat mudah hilang apabila ditebang. Sekitar 25% tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Komodo adalah termasuk ke dalam hutan hujan. Hutan hujan ditemukan biasanya mengeliling bagian bawah perbukitan, atau sebagai serambi hutan sepanjang hamparan anak sungai.
Tipe tumbuhan yang tumbuh di hutan hujan:
Hutan ini terbentuk dari campuran kanopi rendah pepohonan meranggas yang kehilangan daunnya, biasanya pada musim kering, dan menghasilkan yang baru setiap tahun. Pohon bercabang rendah seringkali mengandung epifit seperti anggrek dan paku-pakuan tanduk rusa. Spesies semak juga ada, khususnya setelah kebakaran.
Bakau tumbuh di bagian lebih hangat di dunia dimana suhu udara setidaknya 20 derajat Celcius dan suhu air setidaknya 24 derajat Celcius. Mereka juga harus berada di daerah yang cukup terlindung dimana benih dapat berakar dan berkecambah tanpa terbawa gelombang. Mereka memilih daerah berlumpur di perairan dangkal dan akan lebih tersebar di daerah dengan kisaran pasang surut yang tinggi. Pohon bakau pada umumnya mengambil oksigen dengan menggunakan akarnya di dalam tanah, tetapi tanah tempat tumbuh bakau mengandung oksigen yang sangat rendah. Karena itu, bagian dari akar bakau berada di atas air sehingga mereka dapat mengambil oksigen dari udara. Juga, pohon bakau dapat menarik air asin dengan menggunakan akarnya dan menyaring garamnya. Garam dibuang melalui daun atau disimpan di daun sampai daun itu mati dan gugur dari pohon. Kita dapat menjumpai ekosistem bakau di Taman Nasional Komodo di sisi timur laut Komodo, dan sisi utara serta timur laut Rinca. Terdapat juga bakau di selatan Rinca dan barat laut Padar.
Rangkaian hewan laut yang menakjubkan teradaptasi untuk hidup di ekosistem bakau. Ikan sumpit (archerfish) dapat menembak jatuh serangga di atas permukaan air dari jarak 2 meter dengan menggunakan butiran air yang ditembakkan dari mulutnya. Ikan belodok melompat ke atas air dan memakan alga pada akar bakau. Pada saat pasang turun dimana hamparan lumpur kering, teritip dan kerang yang menempel pada akar bakau akan terlihat, sebagaimana pula kepiting fiddler dan kepiting hantu yang memakan alga dan detritus. Siput dan kima sebagaimana juga spesies ikan lainnya, udang-udangan dan moluska juga hidup di habitat ini.
Hutan Kuasi Awan merupakan hutan yang kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi)nya. Hutan Kuasi Awan hanya terdapat pada deretan puncak gunung saja. 5% Kawasan ekosistem dari Taman Nasional Komodo sendiri merupakan gabungan dari hutan dataran tinggi dengan hutan kuasi awan.
Komponen dasar penyusun ekosistem lamun adalah padang lamun dan alga, yang ditemukan di daerah yang tenang dan dangkal antara garis pantai pesisir dan terumbu karang. Padang lamun mengikat endapan berpasir untuk menjaganya agar tidak tersapu dari puncak terumbu, tetapi juga memindahkan pasir ke pantai. Mereka adalah habitat penting bagi organisme laut yang hidup di pasir seperti siput laut, teripang, belut, ikan roket, dan udang. Padang lamun juga bertindak sebagai tempat perawatan bagi ikan muda termasuk yang bernilai ekonomi seperti kerapu dan kakap.
Padang lamun juga merupakan tempat mencari makan yang penting bagi duyung dan penyu hijau. Yang terakhir, detritus dari lamun digunakan sebagai makanan hewan di laut yang memakan sisa-sisa zat organic
Savana adalah perbukitan yang terbuka dengan rerumputan yang tinggi dan pohon yang menyebar dan jarang. Habitat ini terbentuk dan terpelihara akibat kebakaran hutan dan kekeringan yang luar biasa. Lebih dari 70% luasan Taman Nasional Komodo adalah savana terbuka.
Jenis Tumbuhan yang hidup di savana terutama terbentuk dari rerumputan yang tahan kekeringan yang pulih secara cepat setelah terjadi kebakaran. Pohon yang dominan hidup di savana adalah pohon lontar, dan bidara. Kedua pohon tersebut adalah pohon peneduh yang penting.
Kemudian hewan yang hidup di savana merupakan hewan yang mencari rumput dan mencari makan dari rerumputan. Savana adalah tempat merumput dan mencari makan yang penting bagi rusa Timor, babi hutan, kerbau air, dan kuda liar. Kera ekor panjang menyeberangi savana untuk mencari buah dari pohon lontar dan pohon buah lainnya. Beberapa hewan diatas juga merupakan satwa mangsa bagi satwa kunci di Taman Nasional Komodo, yakni Komodo itu sendiri.
Ekosistem laut dalam adalah ekosistem yang berada di laut dalam. Ekosistem ini berbeda dengan ekosistem laut dangkal. Ini dikarenakan sedikitnya atau tidak ada sinar matahari yang bisa melewatinya. Makhluk laut dalam, rata-rata, adalah predator atau pemakan bangkai (Konsumen Bangkai). Juga, vegetasi laut yang berada di laut dalam nyaris tidak pernah ditemukan. Ekosistem laut masih memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan karena keterbatasan alat dan teknologi yang bisa menjangkau kedalaman tertentu yang menyebabkan banyak organisme atau makhluk hidup yang mungkin belum teridentifikasi. Ekosistem laut dalam sendiri disusun berdasarkan lapisan kedalaman laut, yaitu, mesopelagic, bathyal, abyssal, dan hadopelagic.
Terumbu karang adalah komunitas dengan keseimbangan yang serasi, yang terdiri dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan laut, baik yang hidup ataupun yang mati. Struktur fisik terumbu karang terutama terdiri dari bentukan kapur yang berasal dari karang keras yang telah hancur. Sisa-sisa organisma lain yang terdiri dari bahan kalsium karbonat juga menyumbang dalam pembentukan struktur terumbu karang (seperti kerang, kima, foraminifera). Selanjutnya, sebagian besar bahan-bahan dari batu karang yang telah hancur dan kalsium karbonat direkatkan bersama oleh sekumpulan jenis alga koralin merah dan partikel magnesium kalsit yang banyak ditemukan di dalam laut.
Ribuan jenis ikan, avertebrata (hewan tak bertulang belakang) seperti karang, kepiting, udang, bintang laut, teripang, siput, kima, cacing, dan sepon, juga penyu dan ular laut adalah sebagian kecil contoh hewan yang hidup di terumbu karang. Alga adalah tumbuhan utama yang hidup di terumbu karang. Seluruh organisme di terumbu karang adalah bagian dari jaring-jaring makanan yang rumit dan saling menggantungkan satu sama lain untuk kelangsungan hidup.
Website Resmi Balai Taman Nasional Komodo
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Developed by Humas Balai Taman Nasional Komodo
Copyright © 2023. All rights reserved.