Labuan Bajo, 16 April 2022. Tim selam Balai Taman Nasional Komodo memantau tingkat kesehatan karang di dalam kawasan Taman Nasional Komodo bersama Persatuan Penyelam Profesional Komodo (P3KOM) yang dilaksanakan pada tanggal 4 – 10 Oktober 2021 silam di 10 lokasi acak. Pemantauan tingkat kesehatan karang idealnya diselenggarakan setiap dua tahun sekali untuk bisa melihat adanya perubahan kondisi fisik pada lokasi pengamatan yang ditentukan.
Pengambilan data kesehatan terumbu karang dimulai dari pengamatan visual gambaran umum kondisi fisik perairan dan pesisir di sekitar lokasi kegiatan monitoring. Pengamatan visual tersebut meliputi pencatatan deskripsi dan pemotretan kondisi terumbu karang. Pengamatan visual dilakukan dengan memotret terumbu karang menggunakan metode underwater photo transect (UPT) dalam kuadran berukuran 58 x 44 cm yang diletakan apda meter ke-1, ke-2, ke-3, sampai dengan meter ke-50. Kuadran diletakan berselang-seling yakni angka ganjil dan genap berada di atas rol meter. Rol meter atau garis transek dipasang sejajar dengan garis pantai pada lereng terumbu (tubir) pada kedalaman 7-15 meter. Sementara, untuk tutupan bentik dasar tim menggunakan point intercept transect (PIT) untuk mengukur persentase penutupan karang.
Berdasarkan grafik diatas, rata-rata persentase karang hidup tahun 2019 pada 12 lokasi stasiun pengamatan adalah sebesar 30,84%. Sedangkan persentase karang hidup pada tahun 2021 pada 10 lokasi stasiun pengamatan adalah sebesar 30,91%. Terjadi peningkatan sebesar 0,7% pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan Taman Nasional Komodo secara umum masuk kategori cukup sehat/baik. Hal yang perlu diperhatikan adalah tingginya persentase unstable substrat yaitu ruble (pecahan karang) yang mencapai 21,41% dan pasir sebesar 3,72%. Tingginya substrat ruble berpotensi memperlambat proses pemulihan karang apabila terjadi degradasi ataupun kerusakan lainnya pada ekosistem terumbu karang tersebut.
Larva karang akan mengalami kesulitan untuk menempel pada media tumbuh mengakibatkan proses pertumbuhan menjadi terhambat. Selain itu, banyaknya ditemukan tutupan ruble mengindikasikan bahwa pernah terjadi kerusakan terumbu karang di masa lampau akibat adanya gangguan fisik, seperti pemboman ataupun akibat pembuangan jangkar kapal tepat atau di sekitar ekosistem terumbu karang.
Meskipun demikian, Balai Taman Nasional Komodo berkomitmen dan konsisten melaksanakan upaya pemantauan dan rehabilitasi terumbu karang di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Hal ini tentu memberikan jaminan bahwa ekosistem terumbu karang di dalam wilayah pengelolaan Balai Taman Nasional Komodo dapat terpantau dengan baik. Namun, bukan berarti ekosistem terumbu karang dapat dijaga oleh Balai Taman Nasional Komodo seorang diri, semua pemangku kepentingan baik itu pelaku usaha wisata, wisatawan, dan masyarakat dalam kawasan harus sama-sama menjaga kelestarian dan keutuhan ekosistem tersebut secara berkelanjutan. Jika kolaborasi antar seluruh pemangku kepentingan terus terjalin harmonis, maka tingkat kesehatan terumbu karang akan kian membaik selama tidak terjadi perubahan kualitas lingkungan (suhu dan kekeruhan air) yang signifikan. Balai Taman Nasional Komodo akan melaksanakan pemantauan tingkat kesehatan karang pada tahun 2023 bersama mitra kedepannya.
Sumber : Balai Taman Nasional Komodo
Penanggungjawab Berita: Kepala Balai Taman Nasional Komodo – Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. (+6285215959862)
Penulis Berita: Pengendali Ekosistem Hutan Mahir – Ande Kefi, S.ST. (+6282242707977)
Penyunting Berita: Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama – Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S. (+6281310300678)
Informasi Lebih Lanjut: Call Center Balai Taman Nasional Komodo (+6282145675612)