Labuan Bajo, 12 Oktober 2021. Balai Taman Nasional Komodo berkomitmen penuh untuk memastikan sistem pendataan populasi satwa liar yang akurat dan berkelanjutan melalui monitoring populasi biawak komodo. Darius Ambu (Kepala Resort Loh Sebita) bersama dengan Dinda Hamasiya Karima Khash (PEH Pertama), Firman Nuralam Suryadi (Polhut Pemula), dan 3 jagawana lingkup Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Balai Taman Nasional Komodo menyelenggarakan kegiatan monitoring biawak komodo di Loh Sebita pada tanggal 7 – 10 Oktober 2021. Kegiatan pengawetan jenis ini dimaksudkan untuk mempertahankan konsistensi data dengan memperoleh angka estimasi populasi biawak komodo di lokus Loh Sebita.
Monitoring populasi komodo menggunakan metode camera trap guna memperoleh data absence dan presence serta untuk mengobservasi aktivitas komodo pada 21 titik pengamatan pada area lembah Loh Sebita. Masing-masing camera trap akan menangkap 1 foto setiap 15 menit selama 3 hari pengamatan. Tim menggunakan umpan daging kambing yang dibiarkan membusuk untuk meningkatkan probabilitas komodo masuk ke dalam bingkai camera trap. Daging busuk yang berbau menyengat ini diletakan pada sebuah kotak umpan dengan ukuran sekitar 20 x 20 x 10 cm dengan beberapa lubang kecil di setiap sisinya. Camera trapkemudian diikatkan pada batang pohon kayu dengan kecenderungan posisi sejajar dengan tinggi “Diameter Breast High” (DBH) atau menengadah ke arah kotak umpan. Selain meggunakan kotak umpan, daging busuk tersebut juga digantungkan tidak jauh dari posisi camera trap diikatkan.
Tim perlu kembali ke titik pengamatan pada hari ke-6 kegiatan. Hasil tangkapan gambar dan video yang tertangkap melalui camera trap akan ditabulasi ke dalam tally sheet dan selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut untuk dapat memberikan gambaran dinamika populasi komodo yang ada di Loh Sebita. Para personil kegiatan juga melakukan pengamatan dan pemantauan satwa liar lain yang ada di Loh Sebita, seperti diantaranya rusa timor dan kerbau air. Sekilas hasil pemantauan selama di lapangan, tidak banyak satwa liar ditemukan termasuk biawak komodo beraktivitas di sekitar Loh Sebita. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor cuaca yang pada saat itu berangin sangat kencang baik pada siang maupun malam hari.
Kegiatan monitoring ini juga mendukung keberlangsungan community participation sebagai tenaga lapangan. Setidaknya terdapat 3 orang Kampung Komodo turut terlibat langsung dalam kegiatan monitoring populasi komodo di Loh Sebita. “Kegiatan ini berjalan sangat baik dan lancar, seluruh personil juga sudah bekerja dengan sangat baik meskipun dengan kondisi lapangan yang sangat menantang”, ujar Uba Sidik (Tenaga Lapangan asal Kampung Komodo).
Sumber : Balai Taman Nasional Komodo
Penulis: Dinda Hamasiya Karima Khash, S.Si | Penyunting: Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S.